GARUT, (KP-ONLINE).- Penyebaran virus Corona saat ini sudah begitu marak dan membahayakan. Di sisi lain, pemerintah dinilai belum benar-benar optimal dalam melakukan sosialisasi maupun upaya pencegahan.
Ketua RW 19, Desa Godog, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut, Ridwan Mustofa menilai, untuk di tingkat kabupaten, upaya sosialisasi maupun pencegahan Covid-19 memang sudah cukup gencar. Namun sayangnya hal itu tak menyentuh hingga ke tingkat bawah, termasuk tingkat desa.
Ia mencontohkan, di Desa Godog, hingga saat ini belum ada sosialisasi terkait virus Corona baik cara penularan maupun cara pencegahannya. Apalagi sosialisasi di tingkatan pemerintahan lebih bawah yakni RW dan RT.
“Padahal menurut saya, sosialisasi sangat penting dilakukan hingga tingkat paling bawah mengingat sangat rentannya penyebaran virus Corona ini. Selain itu, tingkat bahayanya juga kan sangat tinggi karena virus ini terbilang ganas hingga telah cukup banyak merenggut korban jiwa,” komentar Ridwan.
Selama ini, tutur Ridwan, masyarakat yang ada di daerah hanya tahu masalah Corona dari informasi melalui media sosial. Masih mending jika informasi yang diterima atau dibacanya itu benar, tapi kalau sudah informasi hoaks, ini malah membuat semakin repot.
Menurut Ridwan, akibat sangat minimnya sosialisasi Corona di tingkat bawah, pada akhirnya muncul pemahaman yang berbeda. Hal ini juga terjadi pada pelaksanaan ibadah terutama Salat Jumat di masjid-masjid yang ada di daerah.
“Contoh nyata dalam pelaksanaan ibadah di masjid seperti Salat Jumat. Baik pemerintah maupun MUI kan sudah mengeluarkan himbauan dan fatwa akan tetapi hal itu sama sekali tak berpengaruh di daerah,” katanya.
Jalannya khutbah sebelum Salat Jumat tetap berlangsung lama, bahkan lebih lama dari biasanya karena ada tambahan Salat Gaib dulu. Selain itu, warga juga tak mau membawa sajadah dari rumah tapi cukup dengan menggunakan karpet yang sudah ada di masjid sehingga menimbulkan kerawanan.
Ridwan mengatakan, selama ini pola hidup masyarakat di daerah juga tak banyak mengalami perubahan. Ini dampak lain akibat minimnya sosialisasi dari pemerintah.
Tak hanya di bidang sosialisasi, menurut Ridwan, upaya pencegahan yang dilakukan di daerah selama ini juga dinilainya sangat kurang. Gencarnya upaya pencegahan hanya terfokus di tingkat kabupaten atau di wilayah perkotaan saja.
Seperti kegiatan penyemprotan disinfektan yang menurutnya belum sampai di daerah. Begitu juga penyediaan hand sanitizer dan masker yang hanya difokuskan di wilayah perkotaan.
“Harusnya upaya pencegahan dilakukan pula di daerah, tidak hanya di wilayah perkotaan. Apalagi kan selama ini yang menjadi PDP (pasien dalam pengawasan) justeru berasal dari daerah,” ucap dosen di salah satu universitas swasta di Garut ini.
Ridwan meminta, Pemkab Garut lebih optimal dalam melakukan sosialisasi maupun upaya pencegahan penyebaran Covid-19 dengan melakukannya sampai tingkat bawah. Kesadaran masyarakat serta keterjagaan lingkungan yang aman dari ancaman virus di daerah juga sangat penting guna mencegah penyebaran yang lebih luas.(Aep Hendy S)***