TASIKMALAYA, (KP ONLINE). Keberadaan anak punk di Jawa Barat, termasuk di Tasikmalaya akan serius ditangani.
Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum rencananya akan membuatkan asrama untuk menampung mereka untuk dibina menjadi santri.
Uu menilai, keberadaan anak Punk tersebut membutuhkan pembinaan dan perhatian serius dari pemerintah supaya kehidupannya bisa terarahkan ke hal yang bersifat positif.
“Awalnya saya lihat banyak anak punk di Jawa Barat yang berada di jalanan memakai sarung dan peci. Setelah saya tanya langsung ternyata mereka mengaku anak punk yang mau hijrah dan mereka butuh pembinaan. Saya pun berinisiatif menyediakan semacam asrama atau tempat tinggal mereka di pesantren Yayasan Ar Ruzhan Pondok Pesantren Miftahul Huda di Manonjaya,” jelas Uu kepada wartawan saat melakukan kunjungan ke kota Tasikmalaya beberapa waktu lalu.
Uu menambahkan, dalam proses pembinaan pihaknya tidak mengekang mereka untuk tidak bekerja sebagai pengamen atau pekerja seni di jalanan. “Mereka kita fokuskan untuk difasilitasi tempat tinggal berkumpul di asrama lingkungan pesantren. Andaikan mereka ingin bekerja menjadi pengamen ya silahkan saja, namun saat pulangnya ditampung di asrama pesantren tersebut,” kata Uu.
Malam harinya lanjut Uu, saat mereka di asrama pesantren, mereka dibimbing untuk mengikuti pelajaran agama di pesantren tersebut. “Jadi, mereka akan terbimbing kehidupannya meski tak melepaskan identitas mereka sebagai anak Punk,” tambah Uu.
Ke depannya, Uu berharap, akan muncul yayasan-yayasan lain yang menyediakan rumah singgah bagi anak Punk di berbagai daerah Jawa Barat. Yayasan itu akan bekerjasama dengan Dinas Sosial Pemerintah Daerah setempat untuk sumber anggaran pembinaan anak punk tersebut.
Program ini pun diyakini Uu, akan mampu meminimalisasi anak Punk di Jawa Barat dengan stigma negatif. “Saya akan koordinasikan ke seluruh daerah di Jawa Barat supaya Dinas Sosialnya
bekerjasama dengan yayasan untuk menyediakan rumah sianggah anak Punk. Jadi, nantinya prosesnya, ngamen mangga, keluar mangga, tapi berangkat dan pulang harus ke asrama.
Di jalanan pun mereka ditekankan agar tidak sampai mengganggu ketertiban. Lantas saat mereka di pesantren diberikan pendidikan keagamaan,” ungkapnya.
Uu pun meminta kepada anak-anak punk di Jawa Barat supaya tidak segan-segan datang ke asrama sebagai rumah singgah yang telah disediakan. Kalau untuk wilayah Tasikmalaya dan sekitarnya, Uu pastikan asramanya di Pontren Miftahul Huda masih bisa menampung para anak-anak Punk yang saat ini beredar di jalanan tanpa tempat tinggal.
“Kalau untuk Kota dan Kab. Tasikmalaya, Ciamis, Banjar, asrama Yayasan Ar Ruzhan Pontren Miftahul Huda masih bisa menampung. Nanti untuk daerah lainnya di Jabar, kita upayakan rumah singgah yang sama bekerjasama dengan yayasan-yayasan lainnya,” kata Uu. (Asep MS)***