TASIKMALAYA, (KP-ONLINE).- Permasalahan sampah merupakan problem yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Setiap hari sampah berserakan dimana-mana, karena memang tidak tersedia tempat pembuangan sampah. Bagaimana cara menanggulangi persoalan sampah yang semakin tak terkendali tersebut?
Pemerintah Desa Cipacing, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya bekerjasama dengan Bumdes dan pihak ketiga berinisiatif menciptakan sebuah alat Incenerator (tempat pembakaran sampah). Kepala Desa Cipacing, Edi Sanjaya secara langsung meresmikan beroperasinya incenerator tersebut.
Sekretaris Desa Cipacing, Tetet Rian Zaenal kepada wartawan, Senin (24/2/2020) mengatakan, fasilitas itu bermula dari kekhawatiran pemerintah desa yang prihatin dengan permasalahan sampah yang kian hari tak terbendung. Akhirnya berinisiatif dibuatlah incenerator untuk mengatasi permasalahan sampah.
“Kita prihatin dengan permasalahan persampahan yang tak kunjung terselesaikan. Masih ada masyarakat yang buang sampah sembarangan. Sehingga berinisiatif membuat incenerator bekerjasama dengan Bumdes dan pihak ketiga,” ucapnya.
Menurutnya, untuk pengoperasiannya oleh petugas khusus yang sebelumnya sudah diberikan pelatihan. Ke depannya juga ada petugas khusus yang akan menarik sampah dari tempat-tempat penampungan di setiap RT. Selanjutnya, sampah dimasukan ke incenerator. Mesin tersebut mampu menampung satu ton sampah dalam sekali pembakaran.
“Dalam waktu sekitar dua jam, sampah akan berubah menjadi abu. Nantinya, abunya bisa dimanfaatkan kembali,” tuturnya.
Dikatakan dia, dengan adanya mesin ini, serta petugas khusus yang menarik sampah, diharapkan masyarakat tidak lagi membuang sampah sembarangan. Pihaknya juga terus mengajak masyarakat peduli lingkungan.
Camat Pagerageung, Uwem Sulaeman memberikan apresiasi atas inisiatif Pemerintah Desa Cipacing dalam penanganan sampah. Ia berharap mesin tersebut bisa menanggulangi masalah sampah yang terjadi sekarang ini. Apalagi kedepan akan membuat program di luar incenerator dengan memanfaatkan sampah-sampah basahnya untuk dijadikan kompos dan sampah yang laku dijual.
“Semoga program ini diikuti oleh desa-desa lain, dalam penanggulangan sampah di desanya. Bisa juga dengan menggandeng kelompok-kelompok masyarakat yang peduli terhadap lingkungan,” ungkapnya. (Ema Rohima)***