TASIKMALAYA, (KP-ONLINE).- Pengurus pusat DPP Himpunan Pencak Silat (HPS) Panglipur Drs. H. Nana Supriatna, MM, MBA berharap kepada pemerintah agar seni bela diri silat masuk dalam kurikulum muatan lokal. Pasalnya, dengan masuknya silat dalam mulok, siswa SD maupun SMP ditanamkan sejak dini mencintai budaya asli Indonesia.
“Melihat perkembangan saat ini, saya khawatir bahkan miris anak-anak bangsa lebih menyukai budaya luar ketimbang budaya asli Indonesia. Jika ini dibiarkan, maka sangat mungkin budaya kita bakal hilang digerus budaya luar yang cenderung brutal dan bebas. Makanya sangat penting pemerintah melalui Dinas Pendidikan maupun kebudayaan memasukan silat ke kurikulum muatan lokal,” kata Nana yang sudah puluhan tahun malang-melintang di dunia persilatan, Minggu (27/10/2019) usai mengukuhkan Pengurus Cabang HPS Panglipur “Medal Putra Galunggung” di Kp. Babakan Picung RT 013/02 Desa Cigadog Kecamatan Leuwisari Kab. Tasikmalaya.
Hal sama disampaikan Ketua HPS Panglipur “Medal Putra Galunggung” Dina Rahmatullah didampingi guru/pelatih silat Muhammad Tori Anshori. Alasan mereka tetap terjun di dunia silat karena tak ingin seni bela diri yang ikut mengantarkan negara Indonesia meredeka ini musnah tergerus oleh budaya asing.
Namun melihat perkembangan saat ini, upaya guru atau pun pelatih tak cukup tetapi harus dibarengi dengan kekuatan kebijakan pemerintah salah satunya memasukan dalam kurikulum mulok di setiap sekolah dasar.
“Pencak silat itu asli budaya Indonesia, sehingga kami sangat berharap pemerintah selain hal tadi juga mendukung dengan memberikan sarana dan prasarana untuk kegiatan pencak silat. Karena jika anak sudah mengenal pencak silat, maka akan ditanamkan lima keutamaan, yakni satu taqwa, dua hormat, tiga berbudi pekerti luhur, empat benar dan jujur dan lima sakti kesatria berilmu padi. Intinya di pencak silat itu, anak ditanamkan akhlaqul qarimah yang berilmu padi,”kata Anshori.
Sementara itu Kepala Desa Cigadog Agus Herdiansyah sangat mengapresiasi kegiatan pencak silat di wilayahnya. Bahkan ia mengaku, kehadiran Padepokan HPS Panglipur menjadi aset desa yang harus pelihara dan dilestarikan.
“Sebagai bukti dukungan kami di desa, kami siap menganggarkan melalui dana desa untuk kegiatan bapak-bapak. Silahkan ajukan kebutuhan anggarannya dari sekarang.
Mudah-mudahan saja kami bisa bantu, minimal untuk membeli matras, perlengkapan nayaga atau hal-hal lainnya yang perlu dilengkapi agar seni bela diri silat HPS Panglipur ini tetap berkiprah menjaga moralitas anak bangsa dari gerusan budaya asing,” kata Agus. (Teguh Arifianto)***