TASIKMALAYA, (KP-ONLINE).-Pemerintah pusat sudah memberi izin pemberlakuan new normal untuk kota/ kabupaten yang berada di zona kuning dan hijau sesuai pendekatan kriteria zonasi yang direkomendasi oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Pemerintah daerah diketahui sedang menyiapkan skenario pemberlakuan new normal atau tatanan hidup baru bagi seluruh sektor kehidupan di masa pandemi corona (Covid-19).
Termasuk panduan new normal di sektor pendidikan yang bakal diatur sedemikian rupa. Baik untuk sekolah formal ataupun untuk pendidikan keagamaan pesantren.
Anggota Komisi X DPR-RI KH Acep Adang Ruhiat mendesak adanya koordinasi yang solid antara pemerintah pusat dan daerah agar segera hadir kepastian skenario new normal di tatar lokal, terutama menyangkut kondisi terbaru di pesantren yang perlu segera mendapat respond cepat.
“Koordinasi itu penting mengingat di pertengahan syawal (bulan Juni), masa libur santri telah usai yang berbarengan dengan waktu pendaftaran santri baru. Trafik kunjungan ke pesantren bakal meningkat pesat, dikhawatirkan terjadi peluang klaster baru infeksi virus. Pemerintah harus segera turun tangan,” ujar Acep di Tasikmalaya, Jumat (5 Juni 2020).
Menurut Acep yang juga dikenal sebagai pengasuh Pesantren Cipasung Tasikmalaya, selama masa penanganan Covid-19 hingga tiga bulan terakhir ini, pemerintah belum ada perhatian khusus untuk pesantren. Baik itu menyangkut urusan kesehatan ataupun problematika ekonomi.
Adapun pesantren itu terang Acep, dikenal dengan kultur serba komunal. Santri terbiasa hidup berkerumun, satu kobong (kamar) asrama dapat dihuni oleh banyak santri. Di pesantren juga terbiasa ibadah dan mengaji secara berjamaah. Maka dari itu, budaya pesantren belum siap untuk menerapkan protokol jaga jarak.
Pesantren ucapnya, dipandang belum dapat memberlakukan new normal sepanjang belum ada perhatian penuh dari pemerintah.
Berkenaan dengan fasilitas di pesantren yang serba terbatas, pemerintah perlu mencari solusi pencegahan virus, dari mulai alat kesehatan seperti rapid test, APD, hand sanitizer, masker, vitamin C dan semprot desinfektan, hingga dukungan tenaga kesehatan dan sarana pos kesehatan pesantren, serta bantuan bagi guru ngaji dan santri yang terdampak ekonomi.
“Tetapi, yang begitu mendesak adalah fasilitas rapid test bagi santri supaya saat mondok, santri dapat belajar dengan nyaman tanpa ada rasa takut terpapar virus corona,” ungkapnya.
Selain itu juga, menurut Anggota DPR-RI Daerah Pemilihan Tasikmalaya dan Garut ini menyoroti grafik pandemi Covid-19 yang belum menunjukan angka penurunan signifikan. Untuk itu, Acep meminta pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk meninjau ulang opsi kegiatan belajar mengajar dengan metode tatap muka.
“Untuk saat ini, model pembelajaran virtual lebih baik digunakan sambil menunggu situasi kondusif,” pungkasnya. (Dudu Risana)***
Ist.
ANGGOTA Komisi X DPR-RI KH. Acep Adang Ruhiat dari Dapil Tasikmalaya dan Garut saat memberikan keterangan, Sabtu (6/6/2020).*