CIAMIS,(KP ONLINE).- Persediaan masker serta alat pelindung diri (APD) RSUD Ciamis untuk penanganan virus corona (Covid 19) semakin menipis. Tanpa ada alat perlindungan diri secara maksimal, ancaman penularan terhadap tenaga medis menjadi sangat besar.
Hingga Kamis, 19 Maret 2020, rumah sakit milik pemerintah Kabupaten Ciamis hanya menyisakan dua box masker (@50 buah), sedangkan alat pelindung diri (APD) hanya tersisa 15 set dari sebelumnya sebanyak 25 set. Kesulitan piranti itu juga disampaikan kepada tiga anggota DPRD Jabar dari Ciamis, yakni Heri Dermawan, Didi Sukardi serta Johan J Anwari, yang datang langsung ke RSUD Ciamis untuk memantau penanganan Covid 19.
“Kami sudah mencari masker kaditu kadieu tetap tidak berhasil. Alhamdulillah tadi ada bantuan dari BPBD sebanyak 150 buah masker. Jika memang tidak ada APD, tenaga medis tidak mau bekerja, karena ini sangat berisiko tidak hanya untuk petugas tetapi juga masyarakat,” tutur Direktur RSUD Ciamis Rizali Sofian, Kamis (19/3/2020).
Dia mengungkapkan upaya untuk mengatasi kelangkaan masker juga dilakukan dengan membuat masker kain. Hanya saja masker kain tersebut dinilainya tidak sesuai standar, kurang efektif menangkal virus. “Kami membikin masker dari kain, tetapi saya akui kurang efektif menangkal virus. Mudah-mudahan kiriman datang tiga hari ke depan. Jika terlambat tentunya bakal semakin kesulitan,” ujarnya kepada wartawan Pikiran Rakyat Nurhandoko Wiyoso.
Sementara itu tiga wakil rakyat Jawa Barat asal Ciamis, yakni Heri Dermawan, Didi Sukardi dan Johan J Anwari kepada wartawan mengatakan berkenaan dengan Covid 19, seluruh anggota dewan dirumahkan, dan semua kegiatan ditangguhkan. Meski demikian mereka memanfaatkan waktu untuk tetap bekerja.
“Kami sepakat ke RSUD seiring dengan munculnya virus corona. Kami ingin mendapatkan informasi jujur dan selengkapnya, karena hal itu nantinya berkait dengan bantuan dari Provinsi Jabar,” tutur juru bicara wakil rakyat Jabar asal Ciamis, Heri Dermawan.
Saat bertemu dengan direktur RSUD Ciamis, dia mengaku kaget ketika mendapati kenyataan bahwa RSUD Ciamis tinggal memiliki 2 box masker (@50 buah), sedangkan APD tersisa 15 dari 25 set. Kebutuhan masker medis sebanyak 1,5 box per hari.
“Apabila ada kasus suspek Covid 19, harus dirawat 14 hari, paling tidak membutuhkan 65 set APD, belum lagi maskernya. Ya harus berdoa mudah-mudahan tidak ada suspek corona di Ciamis. Kondisinya sangat menyedihkan,” katanya.
Lebih lanjut Heri menilai keputusan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang menetapkan RSUD Ciamis sebagai rumah sakit rujukan Covid 19. Alasannya kerena rumah sakit tersebut masih membutuhkan banyak peralatan, serta tidak memiliki kesiapan maksimal.
Sementara itu Didi Sukardi menambahkan selain masker dan APD, RSUD Ciamis juga perlu menambah ruang isolasi, dari yang saat ini ada yakni satu ruang isolasi dengan dua bed. Hanya saja untuk mengubah ruang biasa menjadi ruang isolasi, membutuhkan dana besar. Misalnya untuk menampung 50 pasien setidaknya membutuhkan anggaran sekira Rp 5 miliar.
“Kami kira, gubernur tidak cukup sekadar menunjuk, akan teapi juga harus memersiapkan anggaran, minimal Rp 20 miliar untuk satu rumah sakit, di seluruh Jawa Barat sekira Rp 500 miliar. Dalam kondisi yang sudah ditetapkan darurat, tentunya, daerah juga dapat memanfaatkan dana tidak terduga (DTT),” kata Didi.
Sedangkan Johan J Anwari mengatakan Gubernur Jawa Barat harus kelakukan kaji ulang anggaran, misalnya menghentikan sementara anggaran yang tidak mendesak atau tidak prioritas. Misalnya pembangunan alun-alun di 16 kabuoaten dan kota di Jabar.
“Jangan ragu mengeluarkan anggaran untuk penanganan Covid 19. Saya percaya Rp 500 miliar pasti bisa dipenuhi, salah satunya dengan mengcancel kegiatan yang tidak prioritas, seperti membangun alun-alun diberbagai wilayah. Curahkan energi dan anggaran untuk penanganan virus corona,” tutur Johan J Anwari.***