GARUT, (KP-ONLINE).- Hingga Rabu (13/11/2019) sore, RN (30), ibu rumah tangga korban penusukan oleh suaminya sendiri masih terbaring di salah satu ruangan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Slamet Garut. Namun demikian, kondisi kesehatannya terlihat menunjukkan adanya perkembangan yang positif bahkan ia sudah bisa bercerita.
Kasus penusukan yang dialami ibu yang tengah mengandung anak keduanya dengan usia kandungan lima bulan ini kini motifnya mulai terkuak. Ternyata, sang suami berinisial E alias Careuh (30) dirasuki rasa cemburu sehingga ia nekad menusuk isterinya sendiri hingga ususnya sempat terburai.
“Dia cemburu karena sehari sebelumnya ada mantan suami saya datang ke rumah. Padahal kedatangan mantan suami saya itu hanya untuk menjemput anak saya dari suami yang pertama,” ujar RN.
Dikatakannya, anak pertamanya yang merupakan buah dari perkawinannya dengan suaminya yang pertama saat itu memang sedang berada di rumahnya karena memang tengah libur sekolah. Sehari-harinya, anaknya yang berusia 8 tahun itu tinggal bersama ayahnya.
Diceritakannya, pada malam itu E memang sudah terlihat emosi dan sempat bawa-bawa tongkat untuk memukul mantan suaminya yang sedang menjemput anaknya. Namun hal itu urung dilakukan E karena mantan suami R sudah pergi sambil membawa anaknya.
Sadar jika suaminya saat itu tengah murka, maka RN pun memutuskan untuk bersembunyi di rumah bibinya yang jaraknya tak terlalu jauh dari rumah orangtuanya yang juga ditinggalinya dengan sang suami. Hal itu terpaksa dilakukan RN untuk menghindari terjadinya keribuatan dengan sang suami yang tak jarang melakukan kekerasan jika sedang marah.
“Besok harinya, tepatnya Senin (11/11/2019) sekitar pukul 13.00, suami saya datang ke rumah bibi saya untuk mencari saya. Pada awalnya saya tak mau menemuinya karena saya tak mau menjadi sasaran kemarahannya,” kata wanita warga Kampung Rapuhan, Desa Karangsari, Kecamatan Leuwigoong ini.
Namun karena sang suami tetap bersikukuh mau menemuinya bahkan tak mau beranjak dari depan rumah bibinya itu, RN pun akhirnya bersedia menemuinya. Mereka pun kemudian duduk di kursi ruang tamu dan terlibat perbincangan.
Menurut RN, saat itu E sempat mengelus-elus perutnya yang tengah hamil kemudian memeluk dirinya dan menciuminya. Tak lama kemudian E bertanya apakah dirinya mau melihat suaminya mati?
Melihat gelagat yang ditunjukkan suaminya seperti itu, diakui RN dirinya sudah mempunyai kecurigaan jika suaminya itu akan melakukan sesuatu terhadap dirinya. Apalagi saat itu sikap suaminya itupun terlihat sangat gelisah.
“Kecurigaan saya ternyata benar. Tiba-tiba suami saya mencabut pisau dan langsung menusukannya ke perut saya yang tengah mengandung anaknya. Dia nampak sangat membabi buta dan terus mengincar perut saya untuk menusuknya kembali dengan pisau tapi saya berusaha sekuat tenaga untuk melindungi perut saya,” tutur RN.
Upaya dirinya untuk melindungi perutnya agar tak kembali kena tusukan pisau sang suami, tambah RN, cukup berhasil meski dilakukan dengan sisa tenaganya. Namun akibatnya dirinya harus mengalami luka sayatan di sejumlah bagian tubuhnya di antaranya di bagian kaki, tangan, dan punggung.
Masih menurut RN, upaya penyerangan yang dilakukan suaminya baru berhenti setelah ke tempat kejadian datang sejumlah saudara RN karena mendengar teriakannya yang minta tolong. Setelah itu RN mengaku tak ingat apa-apa lagi, termasuk tak tahu kalau suaminya kemudian juga menusukan pisau ke perutnya sendiri.
“Setelah saya melihat banyak darah yang keluar dari perut, saya langsung lemas dan kemudian tak ingat apa-apa lagi. Saya juga tak melihat suami saya menusukan pisau ke perutnya sendiri,” ucap RN.
Diungkapkannya, ia baru menikah dengan E sekitar 6 bulan yang lalu dan saat itu statusnya sebagai janda beranak satu. Selama menjalani rumah tangga dengan E, diakui RN memang sering terjadi percekcokan dan E tak jarang berbuat kasar terhadapnya.
Percekcokan terakhir yang terjadi sebelum terjadi aksi penusukan itu katanya, saat dirinya meminta kepada suaminya untuk berusaha mencari pekerjaan. Selama ini suaminya itu memang tak mempunyai pekerjaan dan sehari-harinya lebih banyak tiduran.
Disampaikan RN, setiap kali cekcok, suaminya selalu mengancam daripada pisah lebih baik dirinya mati dengan alasan tak mau kehilangan. Hal ini tentu membuat RN merasa sangat tak nyaman dan selalu dihantui perasaan ketakutan.
“Ternyata ancamannnya itu bukan hanya ucapan tapi memang dilakukannya dengan cara berusaha membunuh saya dengan anak yang sedang saya kandung. Saya minta pihak berwajib memberikan hukuman seberat-beratnya kepada dia dan sayapun akan menuntut cerai,” kata RN. (Aep Hendy S)*