BANYAKNYA destinasi wisata di Kabupaten Pangandaran menuntut pengelolaan pelayanan bagi pengunjung objek wisata secara lebih baik. Kemudahan pelayanan serta kelengkapan sarana penunjang wisata menjadi keharusan yang harus disediakan oleh pemerintah dan pelaku usaha pariwisata, termasuk oleh masyarakat yang ada di sekitar lokasi objek wisata.
Di lokasi-lokasi wisata tertentu dimana belum tersedianya sarana penginapan semacam hotel bagi wisatawan, maka penginapan “homestay” menjadi salah satu alternatif penyediaan penginapan bagi pengunjung objek wisata.
Homestay sendiri diartikan dengan penginapan dengan memanfaatkan rumah tinggal penduduk di sekitar lokasi wisata yang menyediakan sebagian ruang rumah atau kamarnya untuk dihuni pengunjung wisata selama waktu tertentu.
Penginapan model homestay ternyata juga sudah dilakukan di beberapa objek wisata di Pangandaran, khususnya objek wisata dimana belum tersedianya hotel atau cottage. Seperti yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Cintaratu, Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran. Di Desa tersebut diketahui memiliki sejumlah objek wisata alam yang sangat menarik dan menjadi salah satu tujuan wisatawan yang datang ke Pangandaran.
Namun sayangnya, homestay di desa tersebut masih belum dikelola dengan baik. Masyarakat setempat baru sebatas menyediakan tempat bermalam seadanya, tanpa konsep dan tujuan profit yang berkelanjutan.


Menurut salah seorang dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Siliwangi Tasikmalaya yang melakukan kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) di desa tersebut, Dwi Hastuti LK, SE, MSi, potensi wisata alam Cintaratu sangat potensial, bisa menjadi daya tarik dan kekuatan ekonomi bagi masyarakat Pangandaran.
“Kedatangan wisatawan baik domestik maupun asing tentu menciptakan demand terhadap fasilitas kepariwisataan seperti makanan dan minuman, sarana transportasi, sarana kesehatan, tempat berbelanja oleh-oleh dan keunikan budaya lokal, serta fasilitas akomodasi dan penginapan,” ujar Dwi Hastuti LK, yang melakukan kegiatan PPM bersama rekannya sesama dosen, Fatimah Zahra Nasution, SEI, MA.
Dikatakannya, ketersediaan berbagai jenis sarana akomodasi dan penginapan tentu menjadi salah satu parameter yang menarik minat wisatawan. Tinggal dan menginap di tempat yang unik dan memiliki kekhasan daerah lokal tentu akan menjadi hal yang membanggakan dan memiliki nilai tambah (added value) bagi wisatawan.
Homestay, jelasnya, merupakan tempat atau sarana penginapan yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan hotel modern pada umumnya. Sesuai dengan namanya, homestay merupakan fasilitas penginapan selayaknya rumah tinggal, bahkan dilengkapi dengan arsitektur dan budaya khas lokal, dalam hal ini budaya Sunda. Homestay memiliki ruang kamar tidur, toilet dan kamar mandi, ruang keluarga dan dilengkapi dapur dengan tempat masak yang tradisional seperti “hawu”.
Ketersediaan peralatan tradisional yang boleh digunakan oleh tamu, akan menambah keunikan sebuah homestay. Dengan demikian, wisatawan akan betah dan merasa nyaman tinggal di suatu tempat yang memiliki nuansa “imah” Sunda.
Dari pengamatannya, ketersediaan fasilitas dan pengelolaan homestay di Cintaratu masih kurang optimal. Namun ia memakluminya, karena potensi homestay yang ada di Desa Cintaratu masih relatif baru dimana dalam penataannya pun masih belum sempurna. Masyarakat masih beranggapan bahwa homestay sama dengan hotel modern, sehingga dalam rencana pengelolaannya mereka masih mengadopsi pengelolaan hotel yang selama ini mereka ketahui. Padahal kearifan lokal budaya Sunda dapat dijadikan faktor penarik utama bagi wisatawan.
“Oleh karena itu, kami melakukan penyuluhan mengenai pengelolaan homestay terhadap masyarakat Cintaratu. Dengan mereka mengetahui cara pengelolaan homestay diharapkan akan terjadi akselerasi peningkatan pembangunan di Desa Cintaratu melalui pengelolaan homestay yang profesional dan profitable,” ujar Fatimah Zahra Nasution menambahkan.
Ia juga menyebut, model homestay sebagai sebuah inovasi bisnis. Tujuan dilakukannya penyuluhan terhadap masyarakat setempat, yakni meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan homestay di Desa Cintaratu serta yang lebih penting meningkatnya keterampilan teknis dalam pengelolaan homestay yang profesional dan profitable.
Dalam penyuluhan, ada 4 meteri utama yang disampaikan, yaitu mengenai perkembangan industri pariwisata di Pangandaran, pengetahuan seputar usaha dan bisnis homestay yang profitable, tata kelola pelayanan tamu di homestay dan strategi pemasaran homestay.
“Masyarakat sangat antusias, karena homestay bisa menjadi sebuah bisnis kreatif dan inovatif buat mereka. Apalagi ini model baru dan penyuluhan juga baru dilakukan,” katanya.
Diharapkan dengan penyuluhan tersebut akan membuka wawasan dan memberikan ide dan gagasan inovatif bagi masyarakat serta mendorong peran masyarakat di wilayah Desa Cintaratu dalam meningkatkan kemandirian masyarakat dan pendapatan daerah.
Ia juga menyarankan kepada pemerintah daerah dan masyarakat untuk melestarikan budaya Sunda baik yang berupa tarian daerah, musik, makanan asli, pakaian serta arsitektur khas Sunda sebagai instrumen yang dapat digunakan untuk menarik minat wisatawan baik lokal maupun internasional. (M.Ridwan/Kabar Priangan)*