Gotongroyong yang langsung dipimpin Camat Tambaksari, Dadang Heryana , selain masyaratkat khususnya Dunsun Samarang dan Lingaharja, juga dibantu badan penggulangan Bencana daerah (BPBD), personil dari Kepolisian Resor (Polres) Ciamis serta Kodim 0613 Ciamis.
Pada peristiwa yang berlangsung pada hari Kamis (3/1/2020) menjelang sore tersebut, kondisi paling parah terdapat di Dusun Samarang, sebanyak 34 rumah rusak. Terdiri 5 rumah rusak berat, 10 rusak sedang dan lainnya rusak ringan, berikut SDN 4 Samarang juga rusak. Sedangkan di Dusun Linggaharja, tercatat 23 rumah rusak. Terdiri dari 4 rumah rusak berat, 9 rusak sedang dan 10 lainnya rusak ringan.Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.
“Hari ini, kami bersama dengan masyarakat dibantu BPBD, personil polisi, TNI dan elemen lain, gotongroyong menyingkirkan puing serta memerbaiki rumah yang rusak. Badai yang berlangsung menjelang petang tersbeut sangat kencang, hingga membuat suasana Desa mekarsari mencekam” kata Camat Tambaksari Dadang Heryana, Sabtu ( 4/1/2020).
Dia mengungkapkan sebagian bersar rumah rusak pada bagian atap. Hal itu disebabkan karena tertimpa pohon tumbang, sedangkan lainnya karena tidak mampu menahan kuatnya tiupan angin. Selain menimpa rumah, pohon tumbang juga ada yang melintang jalan.
Lebih lanjut Dadang mengatakan korban sudah mendapatkan bantuan paket sembako dari Polres Ciamis serta BPBD Ciamis. Bantuan tersebut langsung disalurkan kepada korban. Dia juga mengungkapkan, dalam peta kerawanan bencana, wilayah Tambaksari termasuk rawan pergerakan tanah, longsor maupun angin kencang.
Sementara itu Kepala BPBD Kabupaten Ciamis Soekiman mengatakan Tambaksari termasuk daerah rawan bencana, terutama pergerakan tanah, longsor. Untuk itu dia berharap masyarakat ikut aktif mengambil langkah antisipasi. Misalnya jika melihat retakan di tanah, lubang tersebut harus segera ditutup, sehingga air tidak masuk ke dalam tanah.
“Selama ini Tambaksari memang sering terjadi pergerakan tanah, beberapa bulan lalu puluhan rumah juga rusak akibat pergerakan tanah. Kami berharap agar masyarakat juga menyadari tinggal di daerah rawan, sehingga harus lebih waspada,” kata Soekiman kepada wartawan Pikiran Rakyat Nurhandoko Wiyoso.
Dia mengungkapkan berdasar prakiraan dari BMKG, saat ini termasuk masih awal musim penghujan, ditandai dengan hujan lokal, kadang hujan diselingi panas. Diperkirakan puncak musim hujan bakal berlangsung pada akhir Januari hingga Bulan Februari.
“Saat ini termasuk masih awal musim hujan, sehingga potensi untuk terjadinya bencana, cukup tinggi. Kami minta masyarakat yang tinggal tidak jauh dari tebing, segera menyingkir ketika turun hujan dengan intensitas lama, atau turun hujan lebat. Menebang atau memangkas pohon di dekat rumah yang berpotensi tumbang,” tuturnya.***