SUMEDANG, (KP-ONLINE).– Kampung Batik, biasanya identik dengan daerah pemukiman yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai pengrajin batik. Namun hal itu ternyata berbeda dengan Kampung Batik di Dusun Cikandung RT 01/03 Desa Nyalindung, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang.
Kampung Batik yang baru diresmikan oleh pihak desa setempat pada Kamis (5/3/2020) kemarin ini, ternyata bukan pemukiman para pengrajin batik, melainkan hanya sebuah pemukiman yang semua tembok rumah penduduknya dihiasi dengan ornamen corak batik.
Dimana seluruh rumah dan tembok-tembok fasilitas umum/sosial di perkampungan itu, semuanya dicat atau dipoles dengan corak batik.
Menurut pengakuan Andi Saputra (20), salah seorang remaja di kampung tersebut, proses pengecatan rumah-rumah di kampungnya ini memakan waktu hampir satu bulan lebih.Pengecatan corak batik pada bangunan tersebut, kata Andi, semuanya dilakukan secara sawadaya.
“Pendirian Kampung Batik ini, merupakan ide dari Bapak Kepala Desa. Karena gagasanya dinilai cukup bagus, maka wargapun meresponsnya. Bahkan kami para pemuda juga ikut serta berpartisipasi mengecat semua tembok di kampung ini,” kata Andi, Jumat 6 Maret 2020.
Kepala Desa Nyalindung Budi Yanto, membenarkan kalau pembuatan Kampung Batik itu murni hasil swadaya masyarakat.
Menurut Budi, ketika dirinya menyampaikan ide soal rencana pendirian Kampung Batik, semua warga di lingkungan itu langsung merespons positif. Makanya, tanpa berfikir panjang dia pun langsung menggerakkan warganya untuk berswadaya mengecat semua tembok di pemukiman tersebut dengan motif batik.
“Sebagai Kepala Desa, saya dituntut untuk mampu membuat inovasi yang sekiranya dapat mendongkrak perekonomian masyarakat. Dari situ terlintas di benak saya, kalau di Provinsi Jawa Barat ini kan belum ada Kampung Batik, makanya saya coba sampaikan gagasan ini kepada masyarakat, dan ternyata langsung dirsepon,” ujarnya.
Sesuai konsepnya, lanjut Budi, Kampung Batik ini, nantinya akan terintegrasi dengan Kampung Sawah dan Tempat Wisata Mata Air Cikandung, yang kebetulan lokasinya memang sangat berdekatan.
Dimana setiap warga yang akan berkunjung ke Kampung Batik, nantinya akan diarahkan untuk menikmati suasana alam di Mata Air Cikandung. Dan apabila para pengunjung itu sudah merasa lelah, mereka pun akan diajak untuk bersantai di Kampung Sawah.
“Jadi Kampung Sawah itu nantinya akan dijadikan pusat wisata kuliner. Para pengunjung bisa beristirahat dan makan-makan di sana, sambil ber-selfi di antara pemandangan pesawahan,” katanya.
Kembali ke soal Kampung Batik, lanjut Budi, inovasi ini merupakan bagian dari salah satu gebrakan Pemerintah Desa Nyalindung, dalam rangka pengembangan wisata berbasis masyarakat.
Dengan modal pembentukan Kampung Batik ini, diharapkan bisa menjadi daya tarik bagi para wisatawan untuk datang berkunjung ke wilayah desanya.
Sebab, apabila wilayah desanya sudah banyak dikunjungi oleh para wisatawan, maka secara otomatis perekonomian masyarakat di desanya juga pasti akan ikut terangkat.
Apalagi, semua potensi wisata yang kini sedang dikembangkannya itu, semuanya berbasis masyarakat, jadi masyarkat akan ikut berperan aktif mengembangkan potensi wisata tersebut.
“Untuk ke depannya, Insya Alloh kami juga akan memberikan pelatihan membatik kepada warga yang ada di Kampung Batik. Supaya nantinya, di kampung itu bisa menjadi pusat kerajinan batik masyarakat,” katanya.
Untuk sementara ini, desa akan mengarahkan penduduk di Kampung Batik agar menjual kaen atau baju-baju batik terlebih dahulu, sebelum nantinya mereka bisa memproduksi batik sendiri.
Malah jika ada pengunjung yang berniat ingin bermalam di kawasan wisata itu, warga Kampung Batik juga akan menyediakan penginapan dalam bentuk home stay. (Taufik Rochman)***