TASIKMALAYA, (KP ONLINE). – Sejumlah titik di kawasan pemukiman di Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya dikepung banjir, Minggu (23/2/2020) pagi.
Hal tersebut setelah hujan deras mengguyur wilayah tersebut dan sekitarnya sejak Sabtu (22/2/2020).
Banjir disebabkan naiknya debit air Sungai Citanduy dan Cikidang. Selain merendam pemukiman, air juga menggenangi fasilitas umum seperti jalan, Masjid dan Puskesmas Pembantu (Pustu) serta hektaran area pertanian.
Salah seorang warga, Dodo Ajat Mustofa mengatakan hujan deras terjadi sejak Sabtu sore dan baru reda sekitar pukul 22. Hal tersebut mengakibatkan debit air di dua sungai yakni Citanduy dan Cikidang naik. Air meluap dan mulai menggenangi pemukiman di Dusun Cicalung dan Bojongsoban sejak Minggu dini hari.
“Air masuk ke rumah-rumah warga termasuk rumah saya. Beruntung, sebelum air masuk ke rumah, perabotan sudah diamankan dan keluarga sudah diungsikan,” ucapnya.
Menurutnya, sejak hujan turun deras lebih dari dua jam, dirinya sudah siaga dan hati-hati. Karena seperti pengalaman sebelumnya diprediksi airnya bakal banjir.
Warga memang sudah bisa memprediksi bahwa hujan kali ini akan kembanjiran rumahnya. Apalagi, banjir ini sudah menjadi langganan setiap tahun terjadi di kampungnya.
“Makanya tadi pas usai salat Magrib saya tidur, karena harus bangun tengah malam mengamankan barang-barang penting. Dan memang saya bangun jam 22.00 WIB hingga kini saya tak tidur lagi,” tuturnya.
Dikatakan dia, dirinya mendahulukan evakuasi anak-anak, istri dan mertua ke tempat aman. Ini banjir memang langganan. Kemarin selama setahun tak kebanjiran. Tapi tahun ini sudah 2 kali kebanjiran. Hingga kini air belum surut.
Selain curah hujan yang tinggi, banjir ini akibat pendangkalan Sungai Cikidang dan Citanduy. Akibatnya, ketika debit air naik selalu meluap dan menggenangi pemukiman.
Padahal, dulu ketika belum terjadi pendangkalan tidak pernah terjadi banjir. Sehingga ini pun harus dikeruk, agar tidak terus kebanjiran, ungkapnya.
Harus Segera Dilakukan Normalisasi
Hal yang sama dikatakan Kepala Desa Tanjungsari, Amas. Wilayahnya sudah sejak lama setiap tahunnya langganan dilanda banjir. Tidak hanya melanda area pertanian, banjir juga merendam permukiman dan fasilitas umum lainnya. Hal tersebut mengakibatkan kerugian materi dan aktivitas warga terganggu.
Pemicu banjir yakni luapan dua sungai yang melintas di Desa Tanjungsari yakni Sungai Cikidang dan Citanduy. Persoalan itu membuat warga harus selalu waspada dan sibuk mengevakuasi harta bendanya.
Banjir semakin parah, karena terjadinya pendangkalan di kedua sungai tersebut. Sehingga setiap turun hujan air dengan cepat meluap. Adapun upaya pemerintah pusat melalui BBWS Citanduy dengan membangun tanggul tidak membuahkan hasil.
“Seperti inilah kondisi Desa Tanjungsari saat musim hujan. Konsisi hujan semakin tahun semakin parah. Namun upaya pemerintah untuk mengatasinya setengah hati,” kata Kades Tanjungsari, Amas.
Menurutnya, selama ini pemerintah daerah hanya memberikan solusi pembangunan tanggul. Padahal luapan air itu, bukan hanya tingginya debit air saja. Tetapi adanya tabrakan arus antara sungai Cikidang dan Citanduy, serta terjadinya pendangkalan.
Sehingga selain tanggul, perlu adanya penyodetan sungai agar tidak terjadi tabrakan arus dan normalisasi atau pengerukan. Dengan demikian, diharapkan banjir bisa diminimalisir dan tidak merugikan warga, ungkapnya. (Ema Rohima)***