KABAR PRIANGAN – Pandemi Covid 19 dirasakan sangat berpengaruh ke seluruh sendi kehidupan, tak terkecuali sektor perekonomian. Tak sedikit masyarakat yang kehilangan pekerjaannya, atau pengusaha yang mengalami kemerosotan usahanya.
Untuk mampu bertahan, masyarakat pun dituntut lebih kreatif dan berjuang. Seperti halnya, usaha makanan atau kuliner. Seperti halnya yang dilakukan UMKM yang memproduksi cemilan yang saat ini sedang populer hingga ke luar daerah.
Cemilan itu yakni sotong Ceu Ita yang gurih dan renyah rasanya. Sotong Ceu Ita yang dikelola oleh Siti Fatimah (36) di Jalan Peta, Kampung Gunungroay, Kelurahan Kahuripan, Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya.
Produksi cemilan sotong Ceu Ita ini masih mampu bertahan meski di tengah Pandemi Covid 19. Bahkan, produksinya pun tidak hanya di Kota Tasikmalaya, namun membuka cabangnya di Dusun Cijulang RT 5 RW 2, Desa Cijulang, Kecamatan Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis.
Cemilan dari bahan baku tepung tapioka dan terigu ini, mampu bertahan di masa Pandemi Covid 19 ini dengan memproduksi 2 hingga 3 kwintal bahan baku.
Menurut pemilik sotong Ceu Ita, Siti Fatimah (36) saat ini masih mempekerjakan sekitar 30 orang dengan mayoritas perempuan. Sotong yang diproduksinya, tak terbuat dari ikan laut. Namun sotong dengan bahan baku tepung terigu dan tapioka yang diolah menjadi adonan dengan tambahan bumbu sehingga cemilan berasa gurih.
“Alhamdulillah masih bisa bertahan meski dilanda Pandemi Covid-19. Saat ini masih mampu mempekerjakan masyarakat sampai 30 orang di dua lokasi,” kata Siti Fatimah kepada kabar-priangan.com, Senin (14/12/2020).
Dikatakan Siti Fatimah, usaha produksi sotong dirintis sejak tahun 2018 bersama suami Hendriana (41). Saat itu pemasarannya ke Jakarta dan Bandung. Namun setelah negeri ini dilanda Pandemi Covid-19, dirasakan sangat berdampak terhadap perkembangan usaha yang dijalankannya. Karena pemasaran ke Jakarta dan Bandung menjadi tersendat. Hingga akhirnya omzetnya sempat menurun hingga 50 persen.
Dirinya bersama suami memutar otak agar bisa tetap bertahan di tengah Pandemi Covid 19. Dirinya bertekad terus memproduksi sotong, dan tidak sampai memberhentikan pekerja.
Ternyata, sotong miliknya banyak diminati bukan hanya di Jakarta saja, tapi hingga ke wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Kini sotongnya masih bisa di pasarkan ke wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Alhasil, 30 orang pekerjanya masih bisa dipertahankan untuk tetap bekerja dan memproduksi.
“Saat ini pemasaran ke Jawa dengan rata-rata bahan baku 2 hingga 3 kwintal, atau sekitar 15.000 hingga 20.000 bungkus,” tuturnya.
Siti menjelaskan pemasaran ke wilayah Jawa berjalan lancar, pemasokan pun tidak terkendala dengan PSBB seperti di Jakarta. Terlebih cemilan berbentuk slinder panjang dengan ujung meruncing dan digoreng ini, banyak diminati. Ciri khasnya, rasa gurih, kenyal di dalam dan garing renyah di luar disukai banyak orang bukan hanya anak-anak, namun dewasa juga dari berbagai kalangan.
Suatu kebanggan bagi Siti, bukan hanya bisa menjalankan usahanya di tengah pandemi saja. Namun Siti juga sangat bangga karena masih mampu mempertahankan karyawannya agar tetap memiliki penghasilan dan menghidupi keluarganya.
Dengan demikian Siti dan suaminya merasa memiliki dua keuntungan besar, yakni untung karena usahanya bisa berjalan dan untung bisa mempertahankan karyawannya.
Adapun selama memproduksi di masa pandemi ini, Siti memberlakukan upaya ekstra menjaga kesehatan dengan menerapkan protokol kesehatan. Siti juga memastikan kesehatan karyawannya yang bekerja. Penerapan protokol kesehatan itu, agar karyawan selalu memakai masker, sering cuci tangan dan menjaga jarak.
“Saya juga memperketat penerapan protokol kesehatan agar karyawan tetap sehat dan produksi lancar,” ungkapnya. (Ema Rohima)***