SUMEDANG,(KP-ONLINE).- Tidak jauh berbeda dengan kisah angker Terowongan Casablanca di Jakarta, Terowongan Panyirapan di Jalan Tol Cisumdawu wilayah Desa Mekarjaya Kecamatan Sumedang Utara kini disebut-sebut sebagai terowongan angker yang banyak dihuni mahluk astral.
Betapa tidak, sejak Terowongan Panyirapan itu tuntas dibangun pada pertengahan tahun 2019, di terowongan menuju wilayah Desa Mekarjaya tersebut konon sering muncul penampakan mahluk halus yang menyeramkan.
Saking angkernya terowongan tersebut, salah satu televisi swasta pun sempat menggelar siaran langsung uji nyali di kawasan tersebut.
“Memang betul, belum lama ini Terowongan Panyirapan itu sempat dijadikan lokasi uji nyali oleh salah satu televisi swasta. Karena memang kisah mistis di terowongan itu sudah menjadi perbincangan warga banyak,” kata Ketua BPD Desa Mekarjaya Nana Santana, Senin (15/6/2020).
Cerita mistis yang terjadi di Terowongan Panyirapan ini, kata Nana, tentu bukan sebuah cerita dongeng belaka, melainkan sebuah cerita nyata yang sempat dialami pula oleh anaknya.
Dimana kala itu, ketika anaknya pulang malam dari tempat kerjanya, tiba-tiba dia melihat sesosok mahluk yang menyeramkan dengan rambut panjang terurai persis di sekitar terowongan itu.
Dan sejak melihat penampakan mahluk astral tersebut, anaknya pun sampai sekarang tidak berani lagi melewati jalur tersebut jika pulang malam.
“Jadi bukan hanya cerita orang saja. Anak saya sendiri pernah melihatnya. Malah sesampainya di rumah anak saya masih terlihat syok dan ketakutan,” tutur Nana.
Bagi Nana sendiri, cerita munculnya penampakan mahluk halus di terowongan itu, tentu bukan hal yang aneh. Karena menurut dia, lokasi terowongan tersebut dulunya sangat berdekatan dengan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Panyirapan.
Bahkan menurut cerita Kepala Seksi Pelayanan Desa Mekarjaya Abdul Rouf, tanah yang dipergunakan untuk mengurug terowongan tersebut ternyata berasal dari TPU Panyirapan.
“Saya sendiri sebenarnya belum pernah melihat penampakan di sana. Tapi kalaupun benar, ya mungkin-mungkin saja,” kata Abdul Rouf, yang juga merupakan Naib di Desa Mekarjaya.
Sebab, ketika pihak proyek membuat jembatan/terowongan tersebut, tanah yang dipergunakan untuk mengurugnya berasal dari tanah penggalian TPU Panyirapan.
Malah, sambung Abdul Rouf, pada saat pengurugan itu, pekerja proyek juga sempat ketakutan karena tanpa mereka ketahui sebelumnya, dalam tumpukan tanah pengurugan itu ternyata banyak tulang belulang manusia yang tergali.
“Saya melihat sendiri proses pengurugan terowongan itu. Malah yang mengumpulkan tulang belulangnya juga saya. Kalau tidak salah tulang-tulang yang saya ambil di lokasi pengurugan itu hampir mencapai empat karung,” kata Abdul.
Tulang-tulang itu, lanjut Abdul, kemungkinan berasal dari lokasi makam di TPU Panyirapan yang belum sempat dipindahkan, atau tidak terdata oleh ahli warisnya. Soalnya, kalau makam-makam yang sudah terdata, semuanya juga telah dipindahkan sesuai keinginan atau permintaan dari ahli warisnya. (Taufik Rochman)***