Uwak Isak (69) pria ini sering dipanggil oleh teman seprofesinya yang sama sama pedagang.
Sebutan itu wajar dilakukan, karena umur pria yang saban hari berjualan bajigur dan rebus- rebusan itu, memang paling tua di antaranya para pedagang yang lain.
Namun meski umurnya sudah tidak muda lagi, semangatnya tak kalah dengan yang muda. Dia tetap enerjik dan cekatan saat berdagang.
“Umur saya sudah hampir 70 tahun,” kata Usai Isak kepada Kabar Priangan saat menanyakan umurnya, di tempat jualannya Rabu malam (15/12/2020).
Pria asli Limbangan Kabupaten Garut tersebut mengaku berjualan Bajigur sejak tahun 1975.
Hanya waktu itu, ayah dari lima anak masih keliling menggunakan pikulan ke kampung-kampung.
“Saat itu jumlah pedagang masih sedikit. Bahkan pedagang bajigur hanya saya sendiri. Makanya dagangannya selalu habis,” katanya.
Pada saat itu pun, suami dari Ade Tatik mengaku harga bajigur masih sangat murah hanya Rp25.
Jualan keliling dilakukan sampai tahun 80 an. Setelah itu langsung mangkal di depan Toko di Jalan RE Martadinata Kota Tasikmalaya sampai sekarang.
“Saya sudah pakai gerobak dan mangkal di depan Toko ini sampai sekarang,” kata kakek dari tujuh cucu ini.
Sejak mangkal itu dagangannya pun mulai ditambah. Selain minuman bajigur juga ada rebusan ubi rebus, ketela pohon rebus, kacang rebus, pisang rebus.
Dia sengaja tidak menjual gorengan seperti balal-bala ( bakwan), tahu susur (gehu), karena itulah pedagang bajigur sebenarnya.
Makanya sejak awal berdagang sampai sekarang, pria yang telah punya buyut 2 ini tetap konsisten berjualan bajigur.
Dia tak pernah goyah walau banyak temen menawari untuk beralih berjualan makanan lain.
“Saya dari awal sampai sekarang, terus jualan bajigur. Karena kalau pedagang yang tahu, dagang bajigur, memang ta ada gorengan. Semua makanan direbus, katanya.
Meski dia tetap konsisten jualan bajigur, tidak tergiur dagang makanan lainnya, hasilnya tetap lumayan.
Kalau dagangan habis, kelebihannya bisa untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
“Saya mah nggak ngoyo. Rezeki itu sudah ada yang ngatur. Alhamdulillah dari dagang bajigur, saya bisa menyekolahkan anak sampai tamat,” ujarnya.
Dari dagang bajigur, pria murah senyum itu mengaku jika semua habis bisa mendapatkan uang Rp300.000. Setelah dipotong modal Rp200.000, bisa memiliki keuntungan bersih Rp100.000.
Ditanya bagaimana kondisi dagang setelah pandemi Covid-19. Uwak Isak mengaku saat massa PSBB memang sempat tidak berjualan karena dilarang.
Namun kalau terus tidak berjualan, tidak ada pemasukan. Makanya pas masa adaptasi kebiasaan baru (AKB) mulai berjualan lagi.
“Saya terpaksa dagang lagi. Kembali mangkal. Kalau tidak anak istri mau dikasih makan apa. Yang penting selama berdagang harus memakai masker, menjaga jarak dan tidak berkerumun,” ujarnya sambil melayani pembeli.
Hanya dia mengaku selama masa AKB, omset penjualan mengalami penurunan hingga 50 persen. Dalam kondisi normal, bisa mengantongi keuntungan Rp100.000/ hari, di masa Covid-19 hanya Rp50.000 per hari.
Ditanya moto hidupnya mengapa masih tetap sehat di usianya yang telah hampir 70 tahun, Uwak Isak menjawab kuncinya sabar dan tawakal, tidak ngoyo dan hindari makanan yang mengandung zat kimia.
Termasuk di masa pandemi ini, Uwak Isak juga minta kepada masyarakat agar membiasakan pola hidup sehat.
“Jaga pola makan, olahraga dan jangan lupa tetap melakukan protokol kesehatan dan wajib memakai masker,” ujar Uwak Isak.(M. Romli/”KP”)*