TASIKMALAYA, (KP-ONLINE).– Irjen (Pol) Anton Charliyan, pemilik obyek wisata Batu Mahpar di Kampung Tegalmunding, Desa Linggawangi, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya, mengaku tidak mencari sensasi terkait penemuan patung kuno di lokasi wisata miliknya.
Dia justru berharap ada lembaga resmi yang segera melakukan penelitian agar ada kejelasan. Dia juga berharap batu tersebut bukan peninggalan purbakala, sehingga akan menjadi miliknya untuk menambah koleksi. Karena jika batu itu peninggalan purbakala akan diserahkan ke negara.
“Ini sebenarnya ditemukan sudah agak lama, sekira tahun 2013. Ketika itu saya sedang di luar daerah. Karena saya tak tahu jelas, minta para pekerja mengubur kembali,” kata mantan Kapolda Jawa Barat tersebut kepada wartawan, Rabu (12/2/2020).
Menurutnya, masalahnya bukan patung kuno atau apa-apa. Justru dirinya berpikir ini sebuah benda seni. Sehingga dirinya berharap ini bukan patung purbakala agar kalau punya nilai seni bisa dijual. Karena kalau benda purbakala akan diserahkan kepada pemerintah.
“Mungkin ini dulunya bagaimana, kan kita tak mengerti. Menurut cerita dulu lokasi ini kan perkebunan Belanda. Siapa tahu ada yang koleksi. Yang jelas patung ini tua. Model tua,” tuturnya.
Dikatakan Abah Anton, dirinya tidak berharap ini sebagai situs sejarah, apalagi mau mengaburkan sejarah. Yang jelas kita menemukan patung, masalah peninggalan purbakala atau bukan tentunya harus ada ahlinya.
“Sebaliknya, saya berharap segera ada kejelasan. Kalau bukan peninggalan sejarah, ini jadi milik saya. Saya jadi punya koleksi,” ucapnya.
Terkait perbedaan jenis patung, dirinya juga tidak tahu karena bukan dirinya yang bikin. Sehingga akan mengundang arkelog, dan bekerja sama dengan Pemda. Saat ini patung-patung tersebut akan disimpan dulu sampai ada satu kejelasan.
Terkait banyak yang menganggap bahwa itu sengaja ditanam, dirinya menegaskan bahwa itu bukan sengaja ditanam apalagi mencari sensasi. Namun hanya kebetulan saja temuannya ada di lokasi ini.
Kebetulan pihaknya akan membangun Museum Galunggung, sehingga meminta kepada pegawai agar temuan yang tahun 2013 lalu digali kembali.
“Kebetulan mau buat museum, saya minta yang dulu dikubur digali lagi. Karena dulu saya tak pernah lihat. Begitu saya lihat, ternyata bagus. Ini kayaknya punya kolektor,” kata Abah.
Dijelaskan dia, jadi bukan untuk cari sensasi sejarah atau menyesatkan sejarah. Saat ini akan dijadikan dulu koleksi sampai ada kejelasan.
“Minimal jadi koleksi saya. Terkait patungnya jenis apa, biar kita tanya sama ahli patung. Semua biar ahlinya yang berbicara agar tidak timbul polemik. Bikin sederhana jangan dibikin susah,” ungkapnya. (Ema Rohima)***